Pemilu 2004 : Indonesia Memilih Presiden dan Wakil Presiden

Pasca reformasi tahun 1998 Indonesia memasuki era yang disebut dengan penerapan demokratisasi melalui penyelenggaraan Pemilihan Umum. Pemilu tahun 2004 disebut-sebut sebagai Pemilu yang paling rumit sepanjang sejarah Pemilu sejak 1955 hingga Pemilu tahun 1999. Kini, pada Pemilu 2004 Indonesia tidak lagi memilih anggota DPR/DPRD melainkan juga memilih DPD dan memilih Presiden dan Wakil Presiden periode 2004-2009. 

Pemilu 2004 diikuti oleh 24 Partai Politik dan 6 kandidat Bakal Calon Presiden dan Bakal Calon Wakil Presiden Indonesia. Hanya saja, kandidat Pasangan Abdurrahman Wahid dan Marwah Daud Ibarahim tidak lolos karena faktor kesehatan. Maka, yang melenggang pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hanya tersisa lima pasangan. 

 

Pemilihan legislatif dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004 dengan 24 peserta partai politik. Dari ke 24 partai politik peserta Pemilu 2004 tersebut hanya ada 16 partai politik yang berhasil duduk di parlemen. Adapun pemenang pada Pemilu legislatif tahun 2004 diantaranya adalah Golkar di posisi pertama dengan meraup suara sebanyak 21.58 persen dan berhak atas 128 kursi. Kedua, PDI Perjuangan dengan total suara sebanyak 18.53 persen dan menduduki kursi parlemen sebanyak 109. Ketiga, Partai Kebangkitan Bangsa dengan memperoleh suara sebanyak 10.57 persen dan berhak atas 52 kursi parlemen. Di posisi keempat, adalah Partai Persatuan Pembangunan dengan suara sebanyak 8.15 persen dan memperoleh 58 kursi di parlemen. Sementara di posisi ke lima dan ke enam diduduki oleh Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera yang merupakan partai baru yang berhasil duduk di parlemen. Total kursi tersedia di parlemen adalah 550 kursi DPR dan 128 kursi DPD.

Sementara pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden terdapat lima kandidat yang berhasil menjadi bakal calon presiden dan wakil presiden untuk dipilih oleh rakyat. Pertama dalam sejarah demokrasi Indonesia Presiden dan Wakil Presiden Indonesia dipilih langsung oleh rakyatnya. Adapun ke lima kandidat tersebut pada nomor urut satu adalah Wiranto dan Salahudin Wahid yang diusung oleh Golkar. Pada urutan nomor dua yaitu Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi yang diusung oleh PDIP. Sementara pada nomor urut tiga yaitu Amien Rais dan Siswono Yudo Husodo yang diusung oleh PAN. Pada posisi nomor urut empat, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla yang diusung oleh tiga partai sekaligus yaitu Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Terakhir, adalah pasangan Hamzah Haz dan Agum Gumelar yang diusung oleh PPP. 

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan dengan dua putaran. Pada putaran pertama publik dkejutkan dengan kemenangan SBY - Jusuf Kalla dengan meraih suara 33.57 persen sementara Megawati-Hasyim Muzadi memperoleh suara 26.61 persen dan harus puas di posisi runner up. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan pada 5 juli 2004 tersebut menyisakan dua kandidat untuk bertarung kembali di putaran ke-2. Kedua kandidat tersebut adalah SBY-Jusuf Kalla dan Megawati - Hasyim Muzadi yang dilaksanakan pada 20 September 2004. Alhasil SBY - Yusuf Kalla mendapatkan hasil telak dengan memperoleh suara rakyat sebanyak 60.62 persen, dibandingkan pasangan Megawati - Hasyim Muzadi.

Kemenangan pun ditangan SBY yang akan memimpin Indonesia selama periode 2004-2009. Mantan Menkopolhukam pada era Kabinet Gotong Royong Presiden Megawati Soekarnoputri ini dilantik pada 20 Oktober 2004 yang dilangsungkan pada Sidang Paripurna MPR. Sayang, Megawati Soekarnoputri tidak hadir pada pelantikan tersebut dan masih mempertanyakan kapabilitas seorang SBY sebagai pemimpin bangsa. 

SBY adalah sosok yang dinilai sangat tegas, efektif dan sangat mencerminkan pemimpin yang ideal bagi bangsa Indonesia, disamping pro kontra atas kebijakannya. Maka, dari itu banyak rakyat yang mempercayakan negara Indonesia di bawah kepemimpinannya. 

Berikut adalah Partai Politik Peserta Pemilu 2004 berdasarkan peroleh suara,

  1. Partai Golongan Karya
  2. Parati Demokrasi Indonesia Perjuangan
  3. Partai Kebangkitan Bangsa
  4. Partai Persatuan Pembangunan
  5. Partai Demokrat
  6. Partai Keadilan Sejahtera
  7. Partai Amanat Nasional
  8. Partai Bulan Bintang
  9. Partai Bintang Reformasi
  10. Partai Damai Sejahtera
  11. Partai Karya Peduli Bangsa
  12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
  13. Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan
  14. Partai Nasional Banteng Kemerdekaan
  15. Partai Patriot Pancasila
  16. Partai Nasional Indonesia Marhaenisme
  17. Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia
  18. Partai Pelopor
  19. Partai Penegak Demokrasi Indoenesia
  20. Partai Merdeka
  21. Partai Sarikat Indonesia
  22. Partai Perhimpunan Indonesia Baru
  23. Partai Persatuan Daerah
  24. Partai Buruh Sosial Demokrat

Posting Komentar

21 Komentar

  1. ParPol Peserta Pemilu 2004 luar biasa banyak, sampai 24 parpol

    BalasHapus
  2. Masi ingat sekali, dulu meriahhhh...
    Lalu media sosial tp spt sekarang. Jd gak banyak hoax hehe

    BalasHapus
  3. Hallo kak Ule, salam kenal :)
    Ternyata jaman SBY itu sudah 16 tahun yang lalu ya, waktu berjalan begitu cepat sekali. Sekarang putra beliau yang mulai berkiprah di ranah politik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo ka Renov benar juga kak... Melanjutkan kiprah Bapaknya

      Hapus
  4. Pas zaman pemilu ini saya masih SD. Kegiatan ini dulu ramai sekali diperbincangkan. Entah saya yang enggak tahu atau memang pemilu yang lalu lebih ke arah yang positif dan menyenangkan rakyat daripada yang sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya aja baru kelas satu ESDE. Kayanya sama aja deh kak

      Hapus
  5. iya ya, dari yang semula cuma 3 terus menjadi 24 parpol peserta pemilu. Saat itu memang jadi momentum pemilu yang jauh berbeda dari yang sudah biasa dikenal masyarakat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada masa Rezim orde baru hanya pada tahun 1971 saja, yang diikuti oleh 9 Parpol. Selanjutnya, setelah fusi pada tahun 1973 Pemilu menjadi 3 peserta 2 parpol 1 golongan karya. Saat itu, fusi hanya alat saja untuk melanggengkan kekuasaan begitu kira-kira kak hehehe

      Hapus
  6. Wah kakak ngikutin dengan begitu seksamnya dong yaaa. Mntap nih. Era itu sepertinya ovi udah SMP HEHE

    BalasHapus
  7. Aku sempat ikut demo tahun 1998 karena saat itu sudah mahasiswa, meski sudah di tingkat akhir, senengnya jadi ikut libur kuliah karena adik tingkat demo ajaaa kerjanya, sampai-sampai di kampus diberlakukan enggak semua gerbang dibuka. Padahal di Denpasar, kebayang suasana di Jakarta saat Presiden Soeharto diturunkan. Dan masih ingat Pemilu 2004 karena kertas suaranya lebaaar, yang mesti dipilih gambarnya banyaak, sampai bingung pilih yang mana :D

    BalasHapus
  8. Dududu...aku zaman kapan yaa, masih inget partai cuma ada 3. Sekarang puluhan gini, malah engga ngerti mau milih yg mana. Tapi seru sih, semua orang bebas aja mau bikin partai baru asal sesuai persyaratan yah...Tapi tetangga udah 2 orang nih, yg sampai jual rumah buat nyalon. Gagal, rumah lenyap...Ga tahu mereka tinggal di mana sekarang...

    BalasHapus
  9. Tahun 2004 ya, yuni pas apa sih ini. SD apa SMP sih?

    Belum ngeh urusan perpemiluan. Sekarang pun masih sih. Hehehe

    BalasHapus
  10. Semakin banyak parpol semakin membingungkan ya kak.. Dulu jaman pak harto enak cuma 3 hehe

    BalasHapus
  11. semakin bnyk.partai semakin ga kenal para caleg nya hihi bingung milihnya

    BalasHapus
  12. Wah, ternyata Pilpres pertama itu udah 16 tahun lalu ya. Saya masih sekolah, jadi inget itu heboh dan ribetnya quick count. 16 tahun tapi tetep masih ribet ya hingga Pilpres 2019 kemarin

    BalasHapus
  13. Wew aku masih umur berapa ya saat itu. Hihi, waktu itu emang banyak banget parpolnya yaa

    BalasHapus
  14. Tahun segitu aku baru masuk kuliah. Hihihi, ingat moment ini dan aku coblosan pakai KTP. Boleh dan gak ribet.

    BalasHapus
  15. Masya Allah ya, dunia perpolitikan dulu tuh rasanya masih jurdil, gak tahu kalo sekarang... Hehe saya gak begitu tahu dunia perpolitikan sih gak begitu ngikutin

    BalasHapus
  16. Pemilu tahun 2014 adalah pertama kalinya aku ikut berpartisipasi menjadi pemilih. Waktu itu masih bingung karena baru pertama juga banyak pilihan parpolnya. Masih asal asalan nyoblosnya.

    BalasHapus

Terimakasih atas kunjungan anda. Silahkan tinggalkan komentar untuk catatan yang lebih baik lagi.