Kenapa Ada Miskin dan Kaya?

Tuhan menciptakan manusia, kemudian berkembang dan bertambah populasinya. Beranak pinak dan menyebar di seluruh penjuru dunia, baik itu di kota hingga di desa. Pada dasarnya, mereka semua adalah bagian yang tidak terpisahkan dari mata rantai kehidupan. Dan manusia menjadi makhluk diatas mata rantai tersebut dengan pengetahuan dan akal yang ada pada dirinya. 

Manusia telah diciptakan oleh Tuhan dengan berbagai potensi, melalui akal dan pengetahuan. Pada dasarnya, potensi ini di manfaatkan manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Maka, pada gilirannya manusia akan terus mencoba untuk mempertahankan diri agar berada dalam puncak mata rantai kehidupan yang ada. 

 Kegelisan dan kekhawatiran manusia dalam mempertahankan hidup dan kehidupannya, memunculkan sebuah keinginan untuk menguasai sekumpulan orang-orang di sekitarnya. Memimpin sekumpulan, dan eksistensi seseorang atau pengakuan terhadap diri seseorang adalah salah satu cara untuk tetap hidup. Maka, jangan heran orang-orang kemudian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu semata-mata agar ia tetap hidup. 

Begitu pula secara biologis, manusia perlu makan untuk bertahan hidup secara biologis. Melanjutkan kehidupannya dan menjamin bahwa ia akan hidup berkelanjutan dengan melahirkan keturunan-keturunannya. Sehingga, tidak heran pula apabila banyak orang yang berebut kekuasaan demi menjamin kehidupan biologis dia dan keluarganya serta keturunannya di masa depan.

Dari sini kita dapat menemukan sebuah klaster yang disebut dengan orang yang berkuasa dan orang yang dikuasai. Sebuah klaster untuk membedakan mana yang akan bertahan hidup secara berkelangsungan dan mana yang tidak akan bertahan. Orang yang dikuasai secara naluri biologisnya, tetap menginginkan untuk bertahan hidup karena ketidak mampuannya dalam menandingi penguasa maka mau tidak mau harus menggantungkan kehidupannya pada mereka. Hal tersebut, kemudian menjadi sebuah cikal bakal adanya kehidupan antara si kaya yang berkuasa dan si miskin yang kuasai. 

Miskin dan Kaya dalam Pandangan Islam

Miskin dan Kaya yang identik dengan aspek sosial ekonomi yang menjadi tolak ukur seseorang dalam membagai kelas manusia ini di bicarakan pula oleh agama. Agama Islam khususnya memberikan perhatian lebih terhadap kehidupan antara miskin dan kaya. Menurut agama Islam disamping orang kaya terdapat dua golongan yang harus diperhatikan secara ekonomi yaitu miskin dan fakir. Miskin adalah orang yang hanya dapat makan secukupnya, tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan lainnya. Sementara fakir lebih dari itu, bahkan tidak memiliki harta sama sekali kecuali apa yang ada dalam tubuhnya. 

Orang yang memilki kelebihan rizki berupa harta merupakan sebuah ujian terhadap keimanannya. Mereka yang kaya diatur sedemikian rupa untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap masayarakat miskin dan fakir disekitarnya. Kewajiban akan zakat mall dan iming-iming pahala terhadap bagi orang yang berderma. Bahkan pahala shodaqoh menjadi pahala yang tidak akan pernah putus-putusnya meskipun nyawa telah berpisah dengan raganya. Sebaliknya, orang yang kikir dan tidak pernah menggunakan hartanya sebaik-baiknya maka ia dikatakan sebagai pendusta agama dan neraka sabagai balasannya. 

Allah SWT berfirman dalam QS. Al Maun ayat 1-3

"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Ialah orang yang menghardik anak yatim. Dan enggan memberi makan orang-orang miskin." (QS. Al Ma'un : 1-3)

Agama juga mengatakan tiga hal yang menjadi rahasia dalam kehidupan manusia yaitu rezeki, jodoh dan kematian. Hal tersebut juga dipercaya bahwa setiap manusia yang lahir ke alam dunia sudah ditentukan rezeki, jodoh dan kematiannya. Adapun rezeki, sebagian orang percaya bahwa setiap rezeki manusia itu sama artinya, rezeki kita dengan rezeki orang terkaya nomor satu di dunia sama. Lantas kenapa masih ada pemisahan kelas antara kaya dan miskin jika rezeki diantara satu manusia dengan manusia lainnya adalah sama. 

Rezeki tentu saja tidak dipandang dari satu dudut saja. Contoh saja, kita mengartikan rezeki tersebut berupa uang yang melimpah, berbagai perusahaan penghasil dolar. Sebenarnya tidak salah apabila berpandangan demikian. Semua orang menerimanya. Hanya saja, agar mendapatkan rasa syukur tersebut maka perlu kiranya kita memandang dari arah yang berbeda. Rezeki diberikan kekuatan iman dan islam, diberikan banyak kawan, mendapatkan makanan, dan disehatkan serta senantiasa bahagia dalam menjalankan kehidupan. 

Seseorang pernah berkata kepada saya. "Apabila makan dengan dua tempe dapat membuat perut kenyang, kenapa harus di tambahkan dengan sayur asem, gurame, ayam panggang, dan lauk lainnya yang pada akhirnya membuat perut kita muntah dan tidak ada lagi kenikmatan dalam makan." Sederhana, bersyukur dan tidak berlebih-lebihan. Merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang ada adalah ajaran yang harus diimplementasikan dalam kehidupan.

"Kebahagiaan kadang tidak dapat diraih dengan kemewahan, tetapi kebahagiaan dapat diciptakan dengan kesederhanaan."

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Balasan
    1. Terimakasih. Sudah berkunjung dan memberikan komentarnya. Silahkan baca artikel lainnya di catatanmangule

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terimakasih. Sudah berkunjung dan memberikan komentarnya. Silahkan baca artikel lainnya di catatanmangule

      Hapus

Terimakasih atas kunjungan anda. Silahkan tinggalkan komentar untuk catatan yang lebih baik lagi.