Review Cerpen Ahmad Tohari - Anak ini Mau Mengencingi Jakarta

Salam literasi kawan mang Ule. Diakhir pekan ini saya akan berbagi informasi sekaligus mereview salah satu cerita pendek karya Ahmad Tohari yang sangat fenomenal dan mengena. Cerpen ini berjudul "Anak ini Mau Mengencingi Jakarta" merupakan salah satu cerpen pilihan Kompas yang sempat di muat pada tanggal 13 September 2013.


Perlu kawan-kawan ketahui bahwa Ahmad Tohari ini merupakan sastrawan terkemuka yang pernah di miliki bangsa Indonesia. Sastrawan kelahiran Banyumas, 13 Juni 1948 ini telah melahirkan banyak karya dan mendapatkan beragam penghargaan atas karya-karyanya baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Adapun salah satu karyanya yang sangat di gandrungi dunia adalah trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), dan Jentera Bianglala (1986). Kini beliau menetap di Purwokerto.

Cerita Pendek Anak ini Mau Mengincingi Jakarta menceritakan keluarga kecil dan kusam jangankan untuk menetap dan tinggal dengan layak, untuk makan saja sudah sangat susah sekali. Ahmad Tohari mengambil latar pinggir rel kereta api dengan paragraf pembukanya menceritakan hiruk pikuk orang-orang yang berada di dalam kereta yang sedang berhenti sementara di stasiun Pasar Senen. Penggambarannya sangat jelas dan kontradiksi dengan kehidupan di luar kereta api.

Diawal kisah, dikatakan bahwa seorang lelaki yang kemudian disebut bapak pagi-pagi sekali mendatangi warung untuk menyeduh mi instan yang dimilikinya. Ia memiliki seorang anak dan seorang istri atau "apanya". Anaknya yang berusia 5 (lima) tahun tersebut sangat antusias dan tidak sabar untuk memakan mi yang dibawa oleh bapaknya. Bapaknya menunjukan kasih sayang kepada anak tersebut dengan mengambil beberapa sulur dan dimasukan ke dalam mulut si anak dengan tangannya ketika dalam keadaan dingin.

Ada pesan moral yang tersirat pada cerita tersebut diantaranya, melalui tokoh Ibu yang digambarkan sebagai perempuan penjual birahi yang tampak tertidur pulas di atas kardus karena lelah. Sang anak yang mengingkan sulur mi instan tersebut menangis hingga ingin kencing di dekat punggung ibunya. Karena kasih sayang bapaknya, ia ditegur agar tidak kencing disana. Ada adab di sana, seburuk apapun orangtua, tetap harus menghargai dan menghormatinya.

Kemudian si bapak menyapit sulur mi dengan jari jemarinya dan diberikan ke dalam mulut anaknya hingga habis. Rupanya sang anak menginginkan kuahnya juga, tetapi si bapak memberikan nasihat agar ia tidak serakah karena kuah tersebut akan diberikan kepada ibunya. Sementara dia sendiri tidak memakannya sama sekali. Dari potongan cerita tersebut, memberikan pesan bahwa semiskin apapun, selapar apapun tetap harus peduli terhadap anggota keluarga lainnya. Tidak boleh serakah dan harus memperhatikan orang sekitar kita. Peran bapak sebagai kepala keluarga, juga harus turut berkorban demi kelangsungan hidup keluarga.

Dalam keadaan apapun memberikan kebahagiaan kepada orang-orang terkasih adalah sebuah keharusan, agar hidup tetap merdeka. Seperti lelucon dan pujian yang diberikan bapak kepada anaknya, seperti ketika anak tersebut mencocokan dirinya dengan bintang iklan mi instan yang menyeruput mi-nya seperti yang ia lakukan. Bapaknya sambil tertawa menjelaskan bahwa dirinya lebih hebat dari bintang iklan yang ada di TV tersebut karena sudah bisa kencing agak jauh dari ibunya.

Begitu pula ketika anaknya menginginkan kuah mi instan tersebut, si bapak beralasan bahwa kuah mi selalu untuk ibu. Dengan mata berbinar si anak bertanya,

"Emak emang suka ngenyot-enyot kuah mi dari kantong plastik ya Pak?"
"Iya, emakmu memang suka begitu."

Kepolosan, keusilan anak itu mulai diperankan. Hal ini dilihat dari percakapannya yang panjang antara anak dan bapak soal bapaknya yang senang melihat ibunya mengenyot-enyot kuah mi instan. Ketika ibunya terbangun dan langsung mengenyot kuah mi instan yang diberikan bapaknya. Sementara bapaknya hanya melihat saja, dan dari sanalah anaknya yakin bahwa bapaknya senang melihatnya ibunya mengenyot-enyot kuah mi instan.

Tibalah seekor anjing kuning belang diantara mereka. Anjing itu kemudian mengencingi sebuah besi yang pada akhirnya menyihir si anak untuk turut membuka celananya dan hampir saja mengencingi bantalan pakaian ibunya. Dari sinilah, si bapak memerintahkan untuk tidak mengencingi apapun yang berdekatan dengan ibunya. Sebagai kompensasinya, si anak boleh kencing dimanapun selain dekat ibunya.

"Nah, dengar ini! kamu boleh kencing dimanapun di Jakarta; di Menteng, di pinggir jalan Thamrin, di lapangan belakang stasiun Gambir, di sepanjang gili-gili Kebayoran Baru, juga boleh kencing di Senayan.Dengar itu!"

Menurut saya pada kalimat inilah kritik sosial yang di lancarkan oleh Ahmad Tohari dalam cerpen tersebut. Dimana hiruk pikuk dan kehidupan masyarakat Jakarta berlangsung. Terutama pada akhir kalimat ada penekanan dan tempat yang sangat bertanggung jawab atas hajat orang banyak, yaitu para pembuat aturan dan pemangku kebijakan. Senayan adalah tempatnya para wakil rakyat. Menurut saya, Ahmad Tohari ingin menyampaikan, apabila kehidupan sosial yang adil tidak di tegakkan kencingi saja Senayan.

Seperti orang-orang terbuang yang tidak punya kehormatan apapun, pada kisah terakhir cerpen tersebut menceritakan seorang Pramusaji dan dua orang kondektur kereta melemparkan sisa-sisa makanan di hadapan orang-orang lapar macam mereka bertiga. Si Anak yang merasa perutnya masih lapar dan menemukan sisa-sisa makanan yang lezat tidak bisa menahan dirinya sehingga ia ingin mengambil makanan tersebut. Sayang, bapak menahan pundaknya sementara makanan itu di santap oleh anjing kuning belang tadi.

Merasa tidak nyaman dengan orang-orang yang keluar dari pintu gerbong kereta yang tampak seperti menonton mereka. Akhirnya si bapak tersebut mengajak anak dan ibu itu pergi mencari secercah kehidupan di tempat lainnya.

Nah, begitulah kawan-kawan review cerpen Ahmad Tohari yang berjudul Anak ini Mau Mengencingi Jakarta. Sebuah cerpen yang sarat akan nilai sastra dan kritik sosial terhadap masyrakat di Indonesia. Dari sini, kita belajar untuk peduli dan menjunjung tinggi kehormatan keluarga. Keluarga adalah harta terbesar yang dimiliki oleh seseorang oleh karenanya, seburuk apapun anggota keluarga yang dimiliki adalah bagian terpenting dan tidak terpisahkan dari diri kita.

Posting Komentar

0 Komentar