4 Besar Pemenang Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 1955

Pemilihan Umum yang kemudian kita sebut Pemilu merupakan upaya penegakan kedaulatan rakyat yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sebagai negara demokrasi bangsa Indonesia mewujudkan cita-citanya melalui pemilihan perwakilan rakyat dalam parlemen untuk menyuarakan aspirasi dan kepentingan masyarakat banyak. Maka, diselenggarakanlah Pemilu untuk pertama kali di Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 1955.


Pemilu 1955 yang disebut-sebut sebagai pemilu paling demokratis di Indonesia berhasil membentuk parlemen (DPR) dan konstituante. Pada Pemilu tersebut diikuti oleh 29 partai dan beberapa perseorangan yang memperebutkan 260 kursi DPR dan 520 untuk kursi konstituante. Pelaksanaannya pun dilaksanakan pada dua gelombang. Pertama, dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955 dan kedua, pada tanggal 15 Desember 1955.

Dari data pemilih yang terdaftar yaitu mencapai 43.104.464 jiwa dengan tingkat partisipasi masyarakat mencapai 87,65% artinya berkisar sebanyak 37.875.229 jiwa pemilih yang menggunakan hak pilihnya. Saat itu TNI-POLRI masih dapat menggunakan haknya untuk menjadi pemilih dan peserta pada Pemilu 1955.

Pada Pemilu 1955 maka diperolehlah partai-partai yang berhasil duduk di parlemen dan beberapa menjadi bagian dari konstituante. Adapun perolehan suara yang digalang oleh peserta Pemilu 1955 berhasil mengantarkan anggotanya duduk di parlemen sesuai dengan perolehannya. Ada 4 besar partai yang berhasil mencuat ke permukaan dan menjadi mayoritas di dalam parlemen yaitu PNI, Masyumi, NU dan PKI.

Partai Nasional Indonesia (PNI)
PNI yang di dirikan di Bandung oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo dkk pada tahun 1927 ini awalnya bernama Perserikatan Nasional Indonesia, selang satu tahun berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Setahun berikutnya, karena kegiatan PNI sangat membahayakan penjajah Belanda maka pada tahun 1929 tokoh-tokoh PNI di tangkap dan dipenjarakan di Sukamiskin, diantaranya Sukarno, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja.

Pada tahun 1955 genap sepuluh tahun Indonesia merdeka untuk pertama kalinya menyelenggarakan Pemilihan Umum dan PNI adalah salah satu pesertanya. PNI berhasil menjadi pemenang pada Pemilu 1955 dengan perolehan suara pada pemilihan anggota DPR sebanyak 8.434.653 atau sekitar 22,32% dan ada 57 kursi yang berhasil direbutnya. Sementara pada pemilihan anggota konstituante PNI berhasil memperoleh suara sebanyak 9.070.218 atau sekitar 23,97% suara dan berhasil merebut 119 kursi yang tersedia.

Keberhasilan PNI sebagai pemenang dalam Pemilu 1955 menjadi sebuah momentum yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Dalam sejarahnya pada Pemilu 1971 di era orde baru PNI bersama dengan partai yang berhaluan Nasionalis lainnya meleburkan diri menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Kemudian, pada tahun 1998 PNI berhasil berdiri kembali yang di pimpin oleh Supeni dan menjadi peserta Pemilu pada tahun 1999. Selanjutnya, di bawah kepemimpinan Sukmawati Soekarnoputri PNI di ubah namanya menjadi PNI Marhaenisme pada tahun 2002.

Partai Masyumi
Organisasi yang awalnya dibentuk untuk mengendalikan umat Islam di bawah kendali Jepang yang didirikan pada 24 Oktober 1943 merupakan partai terbesar umat Islam di bidang politik. Awalnya Masyumi di bentuk menjadi federasi dari beberapa ormas Islam diantaranya NU, Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam dan Persatuan Umat Islam Indonesia. Kesempatan untuk menjadi partai politik pasca kemerdekaan Indonesia menjadi peluang yang harus di manfaatkan oleh umat Islam hingga akhirnya pada tahun 1955 Partai Masyumi menjadi salah satu partai peserta Pemilu.

Tokoh-tokoh Masyumi sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan Presiden Soekarno. Hal ini terbukti atas diangkatnya M. Natsir, Sukiman, dan Burhanudin Harahap yang pernah menjadi Perdana Menteri pada masa itu. Adapun Syafrudin Prawiranegara selain menjadi Menteri Kesejahteraan juga pernah menjadi Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra. Sementara itu, masih banyak lagi tokoh-tokoh Masyumi yang sangat berperan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa Indonsia di dunia Politik.

Atas tuduhan membantu pemberontakan PRRI terhadap Republik Indonesia atas kekuasaan Presiden Sukarno, akhirnya pada tahun 1960 Partai Masyumi harus mengakhiri kisah romantisnya dengan Negara Republik Indonesia bersamaan dengan dibubarkan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Sementara tokoh-tokoh Masyumi waktu dijadikan tahanan politik termasuk M. Natsir. Akan tetapi, semangat untuk memperjuangkan syariat Islam masih ada di dalam wajah eks-Partai Masyumi ini dengan mengadakan Perkumpulan Bulan Bintang dan akhirnya mendirikan perjuangan politik melalui Partai Bulan Bintang.

Partai Masyumi pada Pemilu 1955 berhasil menjadi runner up yaitu menang dengan memperoleh suara 7.903.886 atau sekitar 20,97% dan mendapatkan 57 kursi di DPR. Sementara untuk kursi di Konstituante Partai Masyumi berhasil memperoleh suara sebanyak 7.789.619 atau sekitar 20,59% dan memperoleh 112 kursi.

Partai NU
NU pada mulanya merupakan bagian dari Masyumi karena pergulatan politik yang terjadi di tubuh Masyumi membuat NU harus menyadari kekuatan politik yang akan diperolehnya. Semua berawal sejak tahun 1949 bahwa NU mengusulkan Masyumi menjadi federasi bukan partai Politik. Hal tersebut terus di kampanyekan dan menjadi bagian dari agenda-agenda Muktamar NU. Hingga pada akhirnya, gagasan NU memiliki partai Politik dilancarkan setelah Kabinet Sukiman runtuh di gantikan dengan Kabinet Syafrudin.

Pada Muktamar NU ke-18 di Jakarta tahun 1950 Wahab Chasbullah dengan berapi-api menyadarkan warga NU akan kekuatan politik yang akan di raihnya. Meskipun mendapatkan tentangan dari berbagai kyai pendirian Wahab akan kedudukan NU baik di dalam kepengurusan Masyumi dan Kabinet tetap harus di perjuangkan. Maka, seiring dengan perjalanan sejarah NU sendiri, pada tahun 1952 berdasarkan hasil rapat yang dilakukan petinggi PBNU melalui Surat Keputusan tanggal 5/6 April 1952 NU menyatakan keluar dari Masyumi. Hal tersebut akhirnya disetujui pula oleh Muktamar NU ke-19 di Palembang pada tanggal 28 April - 1 Mei 1952.

Atas prakarsa dan keinginan para tokoh NU mendirikan partai NU akhirnya tercapai setelah benar-benar keluar dari tubuh Masyumi. Partai NU sendiri berpeluang menjadi bagian dari peserta Pemilu tahun 1955 dan berhasil menjadi pemenang pada posisi ketiga setelah PNI dan Masyumi. Partai NU memperoleh suara sebanyak 6.955.141 atau sekita 18,41% dan memperoleh 45 kursi di DPR. Adapun, pada pemilihan anggota konstituante Partai NU berhasil memperoleh suara sebanyak 6.989.333 atau sekitar 18,47 dan memperoleh 97 kursi.

Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) memiliki sejarah panjang di Indonesia dengan haluan Sosialis-Komunis ini telah mengalami jatuh bangun dan akhirnya runtuh pada tahun 1966 karena pemberontakan terhadap Pemerintah Indonesia.

Paham Komunis yang kemudian mengakomodir menjadi Partai di Indonesia bermula dari keberadaan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yaitu partai yang berhaluan komunis milik Belanda yang di pimpin oleh Henk Snivleet. Dalam pergerakan ISDV mempengaruhi pribumi dengan ideologinya hingga akhirnya masuk ke tubuh Syarikat Islam melalui peranan Semaun. Pada tahun 1924 barulah di bentuk sebuah partai dengan nama Partai Komunis Indonesia dengan Muso sebagai pemimpinnya.

Perkembangan PKI cukup pesat dan mendapat perhatian besar dari kaum pribumi khususnya para petani dan buruh. Kemudian pada tahun 1926 PKI melancarkan pemberontakan terhadap Pemerintah Belanda namun upaya tersebut gagal. Banyak dari tokoh-tokoh PKI yang selanjutnya di Penjara dan diasingkan bahkan beberapa orang lainnya di bunuh. Pada tahun 1927 PKI resmi dibubarkan oleh Pemerintah Belanda.

Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 memberikan angin segar kepada PKI untuk bangkit kembali. Akan tetapi, karena tidak sejalan dengan pemikiran para petinggi negara atas terjadinya Perjanjian Renvile maka PKI kembali melakukan Pemberontakan di Madiun pada tahun 1948. Meskipun begitu, PKI tidak dibubarkan dan kemudian di rekonstruksi oleh DN. Aidit dan Nyoto.

Pada tahun 1955 PKI menjadi salah satu partai besar yang memenangkan Pemilihan Umum saat itu. Keberpihakan dan dukungan PKI terhadap Pemerintahan Sukarno, membuat Sukarno senang terhadap PKI. Kedekatan PKI dan Sukarno membuat PKI menjadi besar dan dapat bergerak dengan bebas mengajarkan pahamnya yang anti-kapitalis. Hingga tahun 1959 pada Kongres PKI Sukarno mendengungkan slogan NASAKOM (Nasionalis-Agama-Komunis) sebagai Idelogi pemersatu dari tiga ideologi besar Indonesia.

Rupanya kenyataan pahit harus dirasakan bangsa Indonesia dengan meletusnya upaya kudeta yang dilakukan PKI melalui Gerakan 30 September (G30S). Para anggota PKI beserta para simpatisannya termasuk organisasi underbouwnya di duga terlibat dalam gerakan tersebut dan menewaskan para jendral dalam satu malam. Hal inilah yang kemudian memicu terhadap pembunuhan masal yang dilakukan oleh para penganut anti-komunis terhadap para komunis. Akhirnya PKI di bubarkan bersama dengan organisasi-organisasi di bawahnya.

Pemilu 1955 merupakan satu-satunya Pemilu yang diikuti oleh PKI dengan menduduki posisi ke empat, PKI berhasil menggalang suara sebanyak 6.179.914 atau sekitar 16,36% dan merebut 39 kursi di DPR. Adapun pada Pemilu konstituante PKI mendapatkan suara sebanyak 6.232.512 atau sekitar 16,47% dan berhasil duduk di kursi konstituante sebanyak 80 kursi.

Begitulah secara singkat saya sampaikan dalam tulisan ini. Bahwasanya sejarah kepemiluan yang terjadai pada bangsa Indonesia ini sangat menentukan terhadap sejarah bangsa Indonesia.

Sumber :
1. Lukman Hakiem, Biografi Mohammad Natsir : Kepribadian, Pemikiran, dan Perjuangan
2. https://id.wikipedia.org/
3. https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/170000669/sejarah-pemilu-1955-di-indonesia?page=all
4. https://historia.id/politik/articles/mengapa-nu-keluar-dari-masyumi-PzMm8

Posting Komentar

0 Komentar