Manusia Menurut Manusia

"Siapakah kita?" kawan-kawan pernahkah kita berpikir demikian. Menanyakan kepada diri kita sendiri, siapa kita sebenarnya, dan mengapa kita bisa hidup di dunia ini dengan sejuta permasalahan pada setiap diri. Mungkin kita akan menjawab tanpa ragu dan tanpa beban bahwa kita adalah manusia. Lantas apa itu manusia? pertanyaan-pertanyaan yang seringkali kita anggap konyol tapi sangat mendasar bahkan tidak ayal kita sering tidak menemukan jawaban yang sesungguhnya.

Esensi atau hakikat manusia sudah banyak dibicarakan banyak orang, inilah yang kemudian menjadi sebuah perkembangan. Ilmu pengetahuan, yang memulai pergulatannya pada hal-hal yang mendasar dan fundamental dan kita mengenal dengan istilah filsafat. Termasuk pertanyaan "siapakah kita?" adalah sebuah pertanyaan filsafat karena sangat mendasar.

Kali ini kita akan berbicara soal manusia menurut manusia, dengan mengambil beberapa pemikiran dan pernyataan-pernyataan dari tokoh filsafat barat.

Socrates
Socrates yang disebut sebagai Bapaknya filsafat ini mengungkapkan banyak pemikiran-pemikirannya yang akhirnya mempengaruhi pemikiran-pemikiran filosop berikutnya. Ia juga senantiasa mempengaruhi pemikiran kaum muda saat itu. Dengan alasan seperti ini pula Socrates harus tewas di hukum mati pada tahun 399 SM.

Bicara soal manusia, Socrates mengungkapkan bahwa manusia merupakan sumber dari jawaban-jawaban yang terjadi pada diri manusia itu sendiri, serta permasalahan dunia. Hanya saja, untuk mengungkapkan jawaban-jawaban tersebut manusia perlu orang lain untuk membantunya menemukan jawaban-jawaban itu, oleh karenanya munculah rasa ingin tahu pada diri manusia.

Dari rasa ingin tahu inilah, yang kemudian membuat Socrates sering berjalan-jalan di tengah kota, di pasar, serta bertanya kepada setiap orang yang ia temui. Tentu saja, ia melakukan hal itu untuk menggali jawaban-jawaban yang ada dalam diri seseorang.

Menurutnya, salah satu hakikat manusia adalah ingin tahu dan untuk itu harus ada orang yang membantunya layaknya seorang bidan yang membantu mengeluarkan bayi dari rahimnya.

Plato
Tokoh yang satu ini merupakan murid dari Socrates yang meninggal pada 347 SM. Plato sendiri banyak memberikan kontribusi pemikirannya yang dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Socrates. Plato juga memberikan andil dalam memberikan pemikirannya tentang hakikat manusia. Baginya jiwa manusia adalah entitas non-material yang tidak dapat terpisahkan dari tubuh. Jiwa merupakan bagian yang melekat pada diri manusia sejak lahir dan bersifat abadi.

Selanjutnya, Plato mengatakan bahwa hakikat manusia terbagi menjadi 2 yaitu rasio dan kesenangan (nafsu). Plato menjelaskan dengan menggunakan contoh yaitu makan dan minum. Makan dan minum secara berlebihan merupakan kesenangan, sementara rasionya mengatakan bahwa hal tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Sehingga Plato menyimpul pada dua elemen tersebut yaitu rasio dan nafsu selalu berlawanan.


Lebih lanjut Plato mengembangkan teorinya bahwa manusia pada dasarnya memiliki 3 elemen, yaitu roh, rasio dan nafsu. Dalam hal ini, Plato menjelaskan mengenai ketiga elemen tersebut dengan menganalogikan sebuah kereta kuda. Roh digambarkan sebagai kuda putih dan nafsu sebagai kuda hitam, sementara rasio adalah seorang kusir yang mengandalikan kedua kuda tersebut. Pada analogi tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa, rasio berperan sebagai pengendali daripada roh dan nafsu.

Kemudian, berdasarkan pada ketiga hakikat tersebut ia membagi manusia kedalam 3 (tiga) kelompok. Pertama, adalah manusia yang didominasi oleh rasio akan memperoleh pengetahuan. Kedua, manusia yang didominasi oleh roh akan memperoleh reputasi. Ketiga, manusia yang didominasi oleh nafsu  hasrat utamanya adalah kesenangan material.

Rene Descartes
Tidak jauh pemikirannya seperti Plato, Descartes menekankan pemikirannya pada rasio. Ia juga berpendapat bahwa pada dasarnya terdapat 2 (dua) macam tingkah laku, yaitu tingkah laku mekanis yang terjadi pada hewan dan tingkah laku raional yang hanya terjadi pada manusia. Descartes juga menjelaskan bahwa ciri rasional pada diri manusia adalah adanya kebebasan memilih, sementara pada hewan tidak ada. Kebebasan memilih ini yang kemudian melahirkan tingkah laku yang mandiri pada diri manusia.

Descartes adalah penganut rasionalisme sehingga ia mengatakan bahwa berpikir adalah sentral dalam manusia. Bahkan ia mengatakan bahwa manusia menyadari keberadaannya karena ia berpikir (cogito ergo sum). Descartes juga meyakini bahwa yang ada adalah dirinya sendiri, biarpun ia melihat orang lain dan benda-benda lain tetapi, tidak yakin apa yang ia lihat seperti dirinya sendiri. Artinya ia tidak yakin dengan sesuatu yang berada di luar dirinya sendiri.

Jhone Locke
Filosop asal Inggris yang satu ini cukup terkenal dengan teori tabula rasa-nya. Dalam teori tabu rasa menjelaskan bahwa manusia lahir bagaikan kertas bersih atau istilahnya meja lilin. Selanjutnya, yang mengubah keadaannya adalah pengalaman-pengalaman yang mewarnai kehidupannya.

Imanuel Kant
Filosop asal Jerman ini merupakan filosop besar dunia. Pandangannya terhadap mansia adalah bahwa manusia tidak akan mampu mengenali dirinya sendiri. Manusia akan mengenali dirinya berdasarkan pada yang tampak baik secara empiris maupun secara batin.

Menurutnya manusia adalah makhluk yang rasional, sehingga manusia bebas bertindak berdasarkan alasan moral, dan menusia bertindak bukan hanya untuk kepentingan sendiri. Hal tersebut membuat kita berpikir bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh setiap kita (manusia) harus berdasarkan alasan-alasan tertentu. Hal itulah yang membedakan kita dengan hewan, sementara hewan tidak memiliki atau tidak perlu melakukan hal tersebut.

Sebenarnya, banyak tokoh-tokoh yang membicarakan esensi manusia. Akan tetapi, jika dijelaskan lebih mendalam atau bahkan memuat pandangan-pandangan tokoh-tokoh lainnya mungkin tidak akan cukup kita bahas kali ini. Selanjutnya, kawan-kawan dapat mencari referensi dari berbagai literatur yang menjelaskan tentang manusia.

Saya pikir, pembahasan kali ini kita cukupkan dulu dan semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit pengetahuan bagi kita semua.

Sumber
- Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam
- Louis Katsoff, Pengantar Filsafat

Posting Komentar

0 Komentar