Raker Badko HMI Jabar 2022 : Menjembatani Kesenjangan Kader Menuju HMI Emas 2047

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sejak berdirinya pada tanggal 05 Februari 1947 telah banyak melakukan kontribusi terhadap pembangunan dan pengembangan Negara. Diusia organisasi yang mencapai 75 (tujuh puluh lima) tahun ini mengindikasikan organisasi telah mencapai kematangan dan kedewasaannya dalam menghadapi berbagai problematika serta dinamika berbangsa dan bernegara.


Dalam pengalamannya HMI telah menjadi inkubator dalam melahirkan para pemimpin-pemimpin bangsa, bukan hanya pada bidang sosio-politik, juga menjamah pada seluruh aspek kehidupan. Hal ini membuktikan bahwa HMI akan senantiasa eksis dalam mewarnai dan memberikan kontribusi nyata bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

HMI senantiasa konsisten dalam menanamkan semangat ke-Islaman dan ke-Indonesiaan untuk menghidupkan dan menumbuhkembangkan kader-kader potensial dan berkualitas insan cita. Nilai Dasar Perjuangan sebagai pemandu gerak perjuangan, dengan nafas keislaman mengiringi dinamika perjuangan HMI sejak berdiri hingga saat ini.

Genap 75 tahun HMI berdiri di tahun 2022 dihadapkan dengan tantangan dan rintangan perjuangan yang semakin kompleks, dan perjuangan HMI harus tetap berlanjut demi tercapainya Ridho Allah SWT. Oleh karenanya, menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan tersebut hendaknya dibangun kekuatan kolektif dan kolegial untuk ikut serta membangun masyarakat.

Adanya kolaborasi dari semua dari semua unsur baik itu Pemerintah, Akademisi, Pengusaha dan Organisasi maka pembangunan akan senantiasa bergerak lebih baik. HMI sebagai bagian dari unsur pembangunan hendaknya memiliki daya untuk melakukan kolaborasi dengan unsur-unsur lainnya. Berangkat dari itu, maka sebagaimana gagasan yang dibangun oleh PB HMI yaitu berdaya bersama menuju Indonesia emas 2045 dapat mewujudkan suatu bentuk gagasan lain yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan bangsa.

Satu abad Indonesia berdiri menjadi sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat atas tanah airnya sendiri kemudian disebut dengan Indonesia Emas. Sebelum mencapai usia satu abad tersebut tentu akan ada momentum-momentum yang dilalui sebagai bagian dari pejalanan bangsa dan Negara. Momentum tersebut hendaknya dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh HMI sehingga pada masanya HMI sudah siap untuk menjadi pemimpin dengan misi Keislaman dan keindonesiaan secara komprehensif.

Negara yang diproyeksikan sebagai Negara Maju ini, banyak memiliki sumber daya alam yang sudah tidak terhitung lagi kekayaannya. Kendati demikiaan, untuk menjadi Negara maju tidak cukup hanya dengan membanggakan sumber daya alam yang telah dikaruniakan Allah untuk Negara ini, sebagai surganya dunia. Oleh karenanya, Negara ini memiliki peranan penting dalam membangun manusianya untuk mengelola anugerah Tuhan dengan baik.

Pada tahun 2020 hingga 2030 Indonesia diprediksi akan mengalami gelombang bonus demografi dimana pertumbuhan populasi usia produktif, lebih banyak daripada populasi usia tidak produktif. Untuk memanfaatkan momentum tersebut, pemerintah hendaknya membuat strategis pembangunan manusia dengan target memberdayakan kaum produktif. Peranan tersebut tentu bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah terlebih lagi HMI hendaknya ikut andil mengambil peran dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih baik lagi. HMI memiliki semua instrument pembangunan manusia yang berkualitas sebagaimana tujuan dari HMI yaitu Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Ukuran atau standar Negara yang maju, tidak hanya diukur dari kepemilikan asset Negara, ekonomi makro dan mikro, serta indeks pembangunan manusia. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi juga ikut serta menjadi penentu kemajuan sebuah Negara. Negara akan disebut sebagai Negara maju, apabila kualitas ilmu pengetahuan dan angka melek teknologi juga mangalami peningkatan. Apalagi, diera disrupsi seperti ini dimana tidak ada lagi sekat antara kehidupan dengan telekomunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menghapus sekat-sekat antar suku, etnis, bahkan antar Negara. Informasi dibelahan dunia dengan dapat diakses tanpa ada batas ruang dan waktu.

Dengan kemajuan tersebut, HMI memiliki tanggung jawab besar dengan memanfaatkan teknologi untuk senantiasa mengkampanyekan misi keindonesiaan dan keislaman. Membangun sistem organisasi melalui digitalisasi organisasi akan memudahkan proses pengelolaan data dan akan menjadi sebuah asset organisasi yang tidak ternilai harganya. Kader HMI hendaknya, memanfaatkan akses informasi sebaik mungkin semata-mata untuk mencapai tujuan HMI yang mulia.

Kita juga patut mengapresiasi PB HMI pada saat Dies Natalis HMI ke-75 telah meluncurkan Pusat Inkubator dan Pusat Data sebagai bentuk respon terhadap kemajuan teknologi, tidak ada kata terlambat ketika semua dimulai dengan optimism. Harapan HMI dengan adanya Pusat Inkubator dan Pusat Data dapat memberdayakan kader-kader menjadi kadedr sociopreneurship yang berorientasi pada tujuan HMI. Sebagai kader HMI, perlu sedikit keberanian untuk merawat dan memanfaatkan momentum-momentum ini sebaik mungkin. Langkah-langkah yang dilakukan HMI merupakan langkah nyata, tapi bagaimana pemanfaatannya apakah sudah maksimal? Oleh karenanya, perlu kiranya pemberdayaan kader dalam bidang teknologi dioptimalkan sehingga tidak ada lagi kader HMI yang tidak tahu soal digitalisasi organsasi seperti ini.

Seiring dengan perubahan dan kondisi zaman, sudah menjadi sebuah keharusan bahwa HMI tetap mempertahankan tujuan mulianya. Dengan misi keislaman dan keindonesiaan ditengah pergumulan zaman yang kian hari tidak menentu tanpa kepastian. Ideologi HMI tetap harus tertanam dalam ruang-ruang gagasan dan aksi di lapangan. Akhir-akhir ini kita menyadari betul, bahwa terjadinya pergesaran nilai di tubuh HMI itu sendiri. Peran-peran kader yang hendaknya fokus pada tatanan pembangunan manusia (kaderisasi) serta menunjukan keberpihakannya kepada kaum mustadafin kini telah berlalu bersama ulasan-ulasan historis yang meninabobokan.

Tejadinya politik-politik praktis didalam tubuh HMI dengan berlindung dibawah ketiak oligarki, setidaknya telah membentuk frame yang mengindikasikan sebuah degradasi nilai HMI. NDP yang saat ini menjadi ideology organisasi hanya sebuah hiasan karya intelektual senior HMI yang bernilai historis saja. Akan tetapi, dalam pengimplementasiannya sangat nihil. Kader-kader dibentuk menjadi kader pragmatis dan hanya mementingkan kepentingan diri dan gerbongnya. Tidak lagi, memperhatikan kaderisasi dan keresahan masyarakat yang harus segera dijawab.

Sementara itu, kita juga tidak bisa menyalahkan kondisi ini pada kader-kader yang berkiprah dan berproses di dalam struktural HMI baik itu tingkat Komisariat hingga Pengurus Besar. Tetapi, ini adalah bentuk cerminan dan introspeksi diri HMI. Zaman yang telah membentuk demikian. Maka dari itu, reformasi kaderisasi di tubuh HMI perlu digemakan sehingga tidak ada kesenjaangan diantara kader untuk menerapkan nilai-nilai ke-HMI-an. Semata-mata dalam menyambut satu abad HMI pada tahun 2047.

Posting Komentar

0 Komentar