Pengertian Agama, antara Religion dan Religiosity

Hidup di lingkungan yang multikultral dan plural seperti di Indonesia, sangat rawan dan mudah sekali tersulut konflik. Baik konflik vertikal (rakyat dengan penguasa) maupun horizontal (rakyat dengan rakyat). Apalagi bicara soal agama, sangat riskan dan sensitif sekali karena berhubungan langsung dengan keyakinan yang melekat dalam diri setiap manusia sehingga mudah mendapatkan perhatian.

Tentu kita pernah mendengar hal-hal yang berhubungan dengan agama sehingga membuat pemeluknya tergerak untuk membelanya. Kasus penistaan agama contohnya, yang pernah dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama yang kemudian mengundang gelombang massa yang besar. Bahkan, aksi protes tersebut dilakukan dengan berjilid-jilid hingga akhirnya, tersangka di nyatakan bersalah oleh Pengadilan.
Lantas apa itu agama? kok, bisa-bisanya banyak orang yang rela kehilangan nyawanya, bahkan kehidupannya demi agama. Baiklah kawan-kawan, pada kesempatan kali ini kita akan memulai pembahasan kita mengenai definisi agama yang dalam bahasa inggris disebut religion.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dan lingkungannya.

Jika dilihat dari sudut pandang kebahasaan kata "agama" rupanya berasal dari bahasa sansekerta dan merupakan asal dari dua kata yaitu "a" yang berarti tidak, dan "gama" yang berarti kacau. Maka, kita dapat mengartikan sebagai suatu ajaran yang mengatur kehidupan umat manusia sehingga tidak timbulnya kekacauan atau kerusakan. Sehingga, agama dapat diartikan kehadirannya untuk memberikan kedamaian di dunia.

Selanjutnya kita dapat melihat pengertian agama yang disampaikan oleh para ahli, diantaranya menurut F.C. Wallace mengatakan bahwa agama adalah seperangkat upacara yang diberikan rasionaliasasi melalui adanya mitos dan menggerakan kekuatan supranatural agar terjadi perubahan pada manusia dan alam semesta. Sementara menurut Emile Durkheim agama adalah sesuatu sistem yang terdiri dari kepercayaan serta praktik yang berhubungan dengan hal suci yang menyatukan para penganutnya dalam suatu komunitas moral (umat).

Pengertian agama sebagaimana yang disebutkan diatas sebenarnya sangat beragam, dan hal itu sangat kita rasakan sendiri sabagai manusia. Keberagaman definisi mengenai agama akan sangat berpengaruh terhadap makna agama itu sendiri. Akan tetapi, pada dasarnya definisi agama tersebut memiliki substansi yang menjadi titik temu dari segala pengertian diantaranya "menghamba, menyerah dan patuh kepada perintah Tuhan yang Maha Esa".

Sehubungan dengan makna agama Komarudin Hidayat dalam studi keagamaannya mebedakan antara kata religion dan kata religiosity. Kata religion yang kemudian kita mengenalnya sebagai kata "agama" pada dasarnya merupakan kata kerja, yaitu implementasi dari pada penghayatan terhadap nilai-nilai Ketuhanan. Sementara dewasa kini, Komarudin Hidayat berpendapat bahwa kata agama sudah menjadi kata benda. Maksudnya, bahwa agama merupakan himpunan doktrin, ajaran, serta hukum-hukum yang baku yang diyakini sebagai kodifikasi perintah Tuhan. Kemudian himpunan tersebut dibakukan melalui proses sistematisasi nilai dan semangat beragama. Agama hadir sebagai wujud dari sabda Tuhan yang kemudian di bukukan menjadi Kitab Suci dan literatur para ulama. Hal ini pula yang kemudian melahirkan beragam disiplin ilmu dalam agama Islam seperti ilmu fiqih, kalam, tasawuf. Pada akhirnya, saling menjauhkan diri antara satu dengan yang lainnya.

Beda halnya dengan religion, Komarudin Hidayat mengatakan bahwa religiosity atau religiusitas lebih menekankan pada kualitas penghayatan akan nilai-nilai keagamaan. Religiusitas merupakan bagian yang menjadi substansi dalam beragama dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam kehidupan beragama. Sebenarnya, jika dilihat dari pengertian tersebut kalimat yang lebih cocok bukan religiusitas tetapi lebih kepada spiritualitas. Ketika seseorang memiliki jiwa spiritualitas ia akan lebih apresiatif terhadap nilai-nilai keagamaan tersebut yang disebut dengan moral. Beda halnya dengan religion, seseorang yang spiritualitas akan merasa terganggu dengan formalisasi agama yang merusak nilai-nilai kemanusiaan, bahkan membenarkan adanya tindak kekerasan dan peperangan atas nama agama.

Oleh karenanya, mari kita pahami bersama apakah kita beragama sebatas religion saja atau juga turut dalam meningkatkan spiritualitas kita, yaitu menguji keimanan melalui tindakan yang toleran dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan. Nilai-nilai inilah yang kemudian akan menjadi kualitas manusia yang beragama.

Sumber :
- Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam
- Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam
- https://belajargiat.id/agama/
- https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-agama.html
- https://saa.unida.gontor.ac.id/agama-definisi-dan-konsekuensi/

Posting Komentar

0 Komentar